Nama minuman Cap Tikus sudah tidak asing dan sudah menjadi salah satu minuman alkohol yang terkenal asal Indonesia. Siapa tokoh dibalik Cap Tikus? Bagaimana kiprahnya? Akan dibawa ke mana Cap Tikus dan perusahaannya?
CNBC mewawancarai Nico Lieke, Founder dan Komisaris Utama PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk (BEER), produsen Cap Tikus.
Mengapa Cap Tikus 1978 lahir?
“Sederhana. Cap Tikus itu memberi makan 90,000 orang setiap bulannya.” Jawab Nico Ketika ditanya mengapa Cap Tikus 1978 lahir. Cap Tikus merupakan penghasilan dengan nilai jual tertinggi bagi petani-petani yang berada di Provinsi Sulawesi Utara, bahkan mengalahkan hasil kopra, cengkeh maupun padi.
Cap Tikus juga merupakan penghasilan terbesar bagi negara yang berasal dari provinsi Sulawesi Utara. Hal ini karena, selain membayar pajak, Cap Tikus juga membayar cukai dengan nilai tinggi.
“Saya lihat di kita (Indonesia) banyak beredar produk-produk dari luar negeri, seperti Whisky dari Scotland. Kenapa kita bukan jadi tuan di tanah kita sendiri? Kenapa bukan kita yang jualan di Scotland? BEER (Kode Bursa PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk) mau kita jadi tuan di negara sendiri bahkan kita jadi perusahaan global. Kita jualan di Scotland yuk. Kita bangsa yang hebat!” tambah Nico.
Belajar Menjadi Ahli Bedah Perusahaan
Nico menyelesaikan kuliahnya ketika masih di umur 19 tahun. Muda sekali. Nico lulus dengan 3 jurusan dan dengan predikat Phi Eta Sigma Genius Honors. Yang menarik ialah ketiga jurusan yang diambil oleh Nico: Restrukturisasi Perusahaan, Wirausaha, dan Keuangan Pasar Modal.
“Dari awal saya tahu saya mau jadi ahli bedah perusahaan. Cita-cita saya ialah memberikan nafkah bagi 1 juta orang. Kalau jadi ahli bedah perusahaan, berarti menyelamatkan perusahaan yang mau mati. Ini berarti menyelamatkan pekerjaan. Makanya dari sekolah pun saya sudah ambil spesialisasi itu,” ujar Nico.
Nico lulus dengan gelar Bachelor’s Degree (with Honors) dari The Wharton School of Business, University of Pennsylvania, Amerika Serikat. Didirikan tahun 1881, Wharton School merupakan sekolah bisnis tertua di dunia. Wharton merupakan sekolah S1 pencetak Billionaire terbanyak dunia. Ellon Musk, Warren Buffett, Presiden Donald Trump, Anil Ambani (pemilik Reliance Group India), Sundar Pichai (CEO Google) dan banyak Menteri Keuangan dunia pernah menjadi murid di Wharton School. Di Indonesia, lulusan Wharton termasuk Boediono (Wakil Presiden Republik Indonesia ke 11), John Riady (Lippo Group), Jesslyn Widjaja (Sinar Mas Group) dan Anderson Tanono (Raja Garuda Mas).
Untuk gelar Master of Business Administration, Nico lulus dari Oxford University, Inggris. Di Oxford, Nico berhasil terpilih menjadi Worldwide Chairman dari Oxford Business Forum, yaitu asosiasi perkumpulan lulusan Oxford dalam dunia bisnis.
Lulus dari Wharton, Nico menjadi konsultan restrukturisasi perusahaan di McKinsey & Company, perusahaan konsultan strategi ternama dunia. Di McKinsey, Nico melakukan bedah perusahaan di berbagai negara, termasuk Jakarta, Singapura, Kuala Lumpur, Seoul, Tokyo, hingga Chicago.
CNBC bertanya, jadi mengapa ada perusahaan yang berhasil maju dan ada yang begitu-begitu aja? Apa resep jitu dalam melakukan bedah perusahaan?
Bagaimana cara bedah perusahaan?
“Ada 7 jurus yang harus dikuasai dalam membedah perusahaan. Kalau CNBC mau bikin seminar, saya bagi gratis ilmunya,” kata Nico sembari senyum.
Pertama, harus pahami betul Key Success Factors (KSF) dari suatu bisnis. Setiap industri berbeda. Contoh, Perkebunan Kelapa Sawit Sinar Mas. Nico merupakan salah satu pembuat blueprint perusahaan ternama tersebut. “Sawit itu 24 tahun. Kerja setengah mati gak ada guna, kalau salah bibit dan salah tanah. Jadi fokus harus di tanah dan bibit yang benar. Tebalik dengan gula. Tebu itu setahun-setahun. Di gula, disiplin eksekusi yang merupakan kunci,” ujar Nico. Nico juga merupakan tim yang melakukan restrukturisasi Sugar Group Companies, termasuk memproduksi produk anyar Gulaku.
Kedua, kuasai Minto Pyramid Principle. “Kita harus bisa synthesize sebelum analyze. Synthesize itu melihat benang merah dari banyak hal-hal yang kita hadapi. Selesaikan itu dulu. Selesaikan tubuh pohon sebelum cabang atau dahan. Minto Pyramid Principle ialah tata cara berpikir logical yang telah dibuat baku dan teruji dalam ribuan perusahaan,” Nico mencoba menerangkan. “Saya ikut membuat blueprint dan menerapkan prinsip-prinsip yang melahirkan industri elektronik Korea sampai kini bisa produksi telepon genggam, TV, dan mobil. Semua itu ada benang merahnya. Korea berhasil temukan dan selesaikan benang merahnya, karena itu Korea berhasil. Saya di Seoul untuk menyelesaikan ini.”
Ketiga, perception is reality. Contoh, Bank Mandiri. Pada tahun 1999, Nico bersama Haryanto Budiman (sekarang Managing Direktur Bank Central Asia) bersama Tom Lembong (Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal RI 2016-2019) melakukan Post Merger Management dari empat bank pemerintah menjadi Bank Mandiri. “Waktu itu 254 bank Indonesia pada berguguran, tinggal 50an bank. Bagaimana supaya Bank Mandiri bisa berhasil? Sekarang Bank Mandiri sudah keren. Waktu itu, kunci keberhasilan ialah bagaimana supaya masyarakat percaya kepada Bank Mandiri? Kita fokus ke perempuan. Promosi kita lakukan di majalah Femina. Jangan pernah lupa: perception is reality to the person that see it,” kata Nico.
Jadi apa yang akan Nico lakukan terhadap PT Jobubu Jarum Minahasa, Tbk (BEER)? Akankah BEER berhasil membawa nama Indonesia ke kancah global?
Bawa Cap Tikus ke Harvard
Tahun ini, Harvard University (Boston, Amerika Serikat) meminta Nico menjadi pembicara di Harvard. Dalam 29th Harvard Annual Asia Conference, Harvard memilih beberapa wirausahawan Asia untuk melatih murid-muridnya. Nico menjadi pembicara tentang bagaimana bedah perusahaan di Asia.
“Kita ini bangsa besar. Kita jangan jago kandang. Dunia hargai Indonesia kok. Dunia mau dengar Indonesia. Saya sampaikan dari Indonesia akan ada produk-produk ternama dunia, termasuk dari BEER. Bersama kita bisa!” ucap Nico penuh semangat.
“Untuk menjadi besar, disiplin itu penting. Penting sekali. Agar BEER punya disiplin yang tinggi, PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk go public di awal tahun ini. Saham naik banyak sejak IPO. Dengan disiplin, BEER bisa bertumbuh,” kata Komisaris Utama BEER ini.
“Peluang untuk maju BEER itu besar sekali. Ada izin untuk produksi 90 juta liter minuman beralkohol setiap tahun, dan saat ini baru pakai sekitar 1 juta liter. BEER masih bisa tumbuh 90x lipat” tambah Nico tetap dengan penuh semangat. “BEER dapat memproduksi Full Spektrum dan Full Range. BEER dapat memproduksi minuman beralkohol berkadar 5%, 15% dan 40%, ini artinya Full Spektrum. Full Range berarti BEER dapat memproduksi lebih dari satu jenis produk untuk setiap kadar alkohol yang ada; misalnya kami dapat memproduksi wine, whisky dan gin. Kami mengajak teman-teman untuk beli saham BEER.”
BEER akan belajar dari yang terbaik di dunia, untuk bisa memproduksi di Indonesia. BEER juga akan membawa produk terbaik Indonesia menjadi produk global.
“Hingga saat ini saya sudah membedah 8 perusahaan. BEER ini perusahaan ke-9. Saya harap ini berhasil. Nafkah 90,000 petani dan keluarganya bergantung dari BEER. Cita-cita kami (memberi nafkah) 1 juta orang. Perjalanan masih panjang. Mohon bantuan dan dukungan. Kita harus ciptakan lapangan kerja,” Nico menatap dengan penuh kesungguhan.
Jadi selama ini sudah berapa tenaga kerja yang turut diselamatkan oleh ahli bedah perusahaan ini?
“Kalau tenaga kerja, ada sekitar 350,000. Kalau ditambahkan istri dan anak pekerja tersebut, berarti ya cukup lah. Saya mau hidup saya berguna,” jawab Nico.
Artikel ini telah tayang di CNBC Indonesia ditulis oleh Teti Purwanti pada 19 September 2023 dengan judul “Nico Lieke: Bawa Cap Tikus ke Harvard!”, https://www.cnbcindonesia.com/market/20230919152227-17-473761/nico-lieke-bawa-cap-tikus-ke-harvard