Perhelatan The 3rd International Youth Forum – Asian Chinese Youth Association resmi digelar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) di Westin Hotel Jakarta, (9/12/2024).
Kegiatan ini juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari The 11th ASEAN + China Chinese Clans Friendship Conference.

Dalam rangkaian acara tersebut, resmi lahir sebuah organisasi pemuda internasional yang diberi nama Asian Chinese Youth Association (ACYA). Pembentukan ACYA ini menandai tonggak penting dalam upaya mempererat hubungan antar pemuda Tionghoa di kawasan Asia Tenggara dan Tiongkok.
Deklarasi berdirinya ACYA dipimpin oleh Sultan Bakhtiar Najamudin, Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia, yang secara simbolis menyerahkan bendera pataka kepada Helga Tjam. Penyerahan bendera tersebut sekaligus menandai pengukuhan Helga Tjam sebagai Presiden pertama ACYA, yang akan memimpin organisasi tersebut untuk periode mendatang.
Proses pembentukan ACYA tidak terlepas dari hasil rapat delegasi yang dihadiri oleh para pemimpin organisasi pemuda Tionghoa dari berbagai negara di Asia Tenggara dan Tiongkok. Dalam forum tersebut, para delegasi sepakat untuk membentuk sebuah wadah yang dapat menjadi jembatan komunikasi dan kolaborasi bagi para pemuda Tionghoa di seluruh dunia, khususnya di kawasan Asia.
Dalam sambutannya, Sultan Bakhtiar Najamudin mengungkapkan rasa bangga dan apresiasinya terhadap terbentuknya ACYA, sebuah organisasi yang diharapkan mampu membawa dampak positif bagi komunitas Tionghoa di Asia dan dunia. Sultan menekankan bahwa dalam budaya Tionghoa, kita diajarkan untuk saling bekerja sama dan berkontribusi bersama-sama untuk mencapai tujuan besar.
“Di dalam budaya Tionghoa, kita diajarkan bahwa hanya dengan kontribusi bersama, api dapat menyala terang, dan sup yang paling lezat dibuat dengan berbagai bahan yang berbeda. Seperti halnya samudra yang luas karena menerima semua sungai, kita sebagai komunitas Tionghoa di Asia dan di seluruh dunia juga akan memainkan peran penting jika kita bersatu, menggabungkan kemampuan dan potensi kita,” ujar Najamudin.

Sultan mengungkapkan pandangannya tentang tantangan yang dihadapi oleh komunitas Tionghoa, terutama dalam dunia bisnis. Ia mengutip salah satu pepatah Tionghoa yang mengajarkan untuk tidak takut menghadapi risiko dan tantangan dalam berbisnis. “Tidak ada yang bisa menangkap harimau tanpa memasuki guanya,” kata Najamudin.
Pepatah ini, menurut Sultan, menggambarkan sikap yang harus dimiliki oleh setiap individu dan kelompok, terutama dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan kompetisi.
Namun, Najamudin juga menekankan bahwa tantangan terbesar bagi komunitas Tionghoa bukan datang dari luar, seperti ancaman militer atau pertempuran antar negara, tetapi justru berasal dari masalah internal yang lebih mendasar, yaitu masalah kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi yang masih mengakar dalam masyarakat.

Sultan mengingatkan bahwa peran komunitas Tionghoa sangat penting dalam menghadapi tantangan ini.
“Tantangan yang sebenarnya bagi komunitas Tionghoa di Asia dan masa depan tidak akan datang dari kapal perang atau pertempuran. Tantangannya datang dari dalam negeri kita sendiri, yaitu kemiskinan dan ketidakadilan ekonomi,” ujar Najamudin.
Sementara itu, Helga Tjam mengatakan dirinya terpilih sebagai Presiden ACYA merupakan suatu kehormatan sekaligus tanggung jawab besar untuk memajukan peran pemuda Tionghoa dalam dunia internasional.
“ACYA akan menjadi platform yang tidak hanya mempererat silaturahmi antar pemuda Tionghoa, tetapi juga memperkenalkan potensi dan kontribusi kami kepada masyarakat global. Saya berkomitmen untuk menjalankan tugas ini dengan penuh dedikasi,” ujar Helga
Dalam pidatonya, Helga mengingatkan bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya tentang memegang jabatan atau gelar, tetapi tentang tindakan nyata yang dapat menginspirasi orang lain dan memberi dampak positif bagi masyarakat. “Kepemimpinan bukan hanya tentang memegang posisi atau gelar, tetapi tentang mengambil tindakan, menginspirasi orang lain, dan membuat perbedaan dalam masyarakat kita,” ujar Helga,

Sebagai pemimpin ACYA, Helga menegaskan bahwa misi organisasi ini adalah untuk memberdayakan pemuda Tionghoa di Asia dan dunia, dengan fokus utama pada pendidikan dan pemberdayaan. “Sebagai agen perubahan muda, kita memiliki kemampuan unik untuk membawa ide-ide segar, inisiatif, dan semangat ke meja perundingan. Merupakan tanggung jawab kita untuk menghadapi tantangan zaman kita dan memimpin generasi muda dengan integritas, ketahanan, dan empati,” tegasnya.
Sebagai penutup, Helga mengutip kata-kata inspiratif dari mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela, yang mengingatkan bahwa masa depan dimulai dengan tindakan yang kita ambil hari ini.
“Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan, dan masa depan dimulai dengan tindakan yang kita ambil hari ini,” ucap Helga sembari engajak seluruh anggota ACYA untuk bersatu dan berkolaborasi dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi komunitas Tionghoa dan dunia.
Penulis dan Editor : Digital TI PSMTI Departemen dan WKU Departemen